Rabu, 08 Januari 2014

Kisah Elis, Hidup Tanpa Limpa dan Hati Separuh


Pekanbaru, Tahun 2007 silam, Elis Masyitoh (36) mengalami musibah yang membuat hidupnya tak lagi sama dengan sebelumnya. Kala itu, dia terlibat kecelakaan sepeda motor. Putrinya yang masih berusia tiga tahun meninggal dalam peristiwa itu. Sementara Elis mengalami luka dalam yang cukup serius, di mana limpa dan hatinya mengalami kerusakan. Tak hanya itu, lengan kirinya pun patah.

Limpa Elis pecah, sehingga kini dia hidup tanpa organ tubuh itu. Sementara itu, hatinya juga hanya separuh yang berhasil diselamatkan dan masih bisa berfungsi. Enam tahun sudah peristiwa itu berlalu, sungguh merupakan keajaiban besar Elis bisa bertahan hingga kini dan dalam keadaan sehat. Padahal sebelumnya banyak orang yang menyangsikan kesehatannya.

dr Suindra SpB-KBD yang bertugas di RSUD Arifin Achmad, salah satu dokter yang menangani operasi Elis yang saat itu dirawat di RS Awal Bros Pekanbaru menyebut sebenarnya banyak kasus pasien kehilangan limpa atau menjalani pengangkatan separoh hati. Hanya saja biasanya pasien hanya mengalami satu kasus saja, tidak kedua-duanya seperti yang dialami Elis.

"Kasus kecelakaan yang dialami pasien saya itu termasuk langka, karena sekaligus terjadi limpa dan hatinya pecah. Ini ditambah lengan kirinya yang patah. Sedangkan jalannya operasi cukup panjang," kata dr Suindra saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Kamis (9/1/2014).

Dia menjelaskan limpa berfungsi untuk penghancuran sel-sel darah merah tua. Limpa juga termasuk salah satu organ sistem limfoid yang berfungsi melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing. "Limpanya diangkat karena pecah. Namun demikian untuk menghilangkan traumatik yang dalam, sebagian kecil limpanya ditanamkan di lemak-lemak perutnya," terang dr Suindra.

Ketika limpa diangkat, saat itu kondisi hati Elis yang sebagian kecil juga pecah tidak langsung diangkat. Hati yang pecah saat itu dibalut kain kasa. Setelah lima hari pengangkatan limpa, kembali dilakukan operasi untuk pengangkatan sebagian kecil hatinya yang pecah tersebut.

"Pasien saya itu benar-benar mempunyai fisik dan semangat hidup yang sangat luar biasa. Sebab kasus seperti ini jarang terjadi. Kalau saya ditanya nama pasien itu kadang lupa, tapi kalau diceritakan peristiwa kasusnya, saya tetap mengingat pasien saya itu," terang dr Suindra.
Secara medis, sambung dr Suindra, manusia yang kehilangan limpa masih bisa bertahan hidup. Manusia bisa bertahan karena fungsi limpa secara otomatis diambil alih oleh organ tubuh yang lain. "Walau demikian, tentunya tetap ada efeknya. Misalkan, daya tahan tubuhnya tentu tidak senormal sebagaimana sebelumnya," ucap dr Suindra.

Usai pengakatan limpa dan sebagian kecil hatinya, Elis juga harus melanjutkan operasi penyambungan tulang lengan kirinya yang patah. Selama 16 hari Elis dirawat di ruang ICU. Selama itu pula, Elis tidak tahu bahwa si buah hati, Najla Jihan Hafizah Tanjung, meninggal dalam kecelakaan akibat kepalanya terbentur tembok.

"Waktu kejadian itu yang saya tahu putri saya dibawa warga. Setelah itu saya tak tahu. Saat itu saya masih sadar dan segera menelepon suami dan langsung dibawa ke rumah sakit," kenang Elis.

Selama dirawat di RS, Elis berkali-kali meminta pada keluarganya agar si kecil dibawa ke RS. Namun keluarganya selalu menutup-nutupi peristiwa yang sebenarnya agar Elis tidak shock. "Saya baru tahu kalau anak saya meninggal setelah saya akan keluar dari rumah sakit," tutur Elis.

Elis sedih bukan kepalang kehilangan putri kecilnya. Namun hidup harus terus berjalan sepahit apapun itu. Tak lama, Elis mengandung dan lahirlah Hafizh Tanjung yang kini berusia 5 tahun. Selang dua tahun kemudian, lahir anaknya yang ketiga, Fikih Tanjung (3). Dua jagoan kecil itu yang kini membuat hidup Elis semakin semarak.

"Beda sama sebelum kecelakaan ya. Sekarang saya mudah letih dan mudah terserang virus seperti batuk, flu, dan angin malam," ucap Elis menuturkan kondisi tubuhnya yang kini tanpa limpa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar