Minggu, 12 Januari 2014

Oki Setiana Dewi, Salah seorang Musllimah Inspirasi Kita


Terdidik di Keluarga Sederhana
Terlahir dari keluarga sederhana, Oki merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Ayah Oki bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibu yang fokus mengurus ia dan adik-adiknya (ibu rumah tangga). 

Muslimah berdarah Palembang-Jawa itu, sejak kecil telah diajarkan untuk terbiasa hidup prihatin. Ia dan adik-adiknya tidak dibesarkan dalam kehidupan materi berlimpah. Untuk membeli baju baru hanya ketika lebaran tiba. Sepatu pun harus berkali-kali diperbaiki hingga jebol, baru kemudian dibelikan yang baru. 

Karena ia adalah anak tertua, Oki punya kebiasan membagi “warisan” kepada adik-adiknya. Yaitu baju atau barang miliknya yang masih bagus tapi sudah tak terpakai lagi. “Adik-adik saya paling suka sekali kalau saya sudah berteriak warisan! warisan! Itu artinya baju-baju saya bisa mereka pakai,” ujar Oki mengenang. 

Namun, kondisi itu tak menghilangkan sedikit pun kebahagiannya. Bahkan, memacu Oki untuk kreatif dalam mencari tambahan uang. Beragam cara dilakukan. Mulai dari membuka perpustakaan di rumah dan menyewakan buku-bukunya, hingga mengikuti berbagai ajang lomba yang menawarkan hadiah. 

Salah satu lomba yang sering dikuti Oki adalah peragaan busana (fashion show). Hal itu terus terbawa hingga masa remajanya. Tak hanya di dunia fashion show, berbagai prestasi di sekolah maupun di bidang lain telah diraihnya. Hingga koran-koran lokal di kotanya sering menampilkan Oki sebagai sosok remaja berprestasi. 

“Saya jadi MC, memperagakan busana dan segala macam. Bahkan khusus untuk lomba-lomba fashion show, saya sampai dilarang untuk mengikutinya lagi. Karena semua lomba tersebut sudah saya menangkan,” lanjut Oki bercerita. 

Titik Balik untuk Berhijrah
Pada usia 16 tahun, Oki memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke Jakarta. Saat itu ia beranggapan Kota Jakarta dapat menjadi jalan baginya meraih kesuksesan. Oki pun melanjutkan sekolah di SMA 1 Depok. Berbagai casting untuk mendapatkan peran di sinetron atau film pun mulai menyibukkan hari-harinya. Tujuan Oki saat itu hanya satu, ingin berhasil menjadi bintang. 

Tetapi, Allah berkehendak lain. Tak hendak melihat hamba-Nya semakin jauh dari jalan yang diridhai-Nya, Ia pun memberikan Oki suatu pengalaman berkesan. Membuat Oki sejenak berhenti dari rutinitas duniawi dan memikirkan ulang makna serta tujuan hidup. 

Oki mendapat kabar bahwa ibunya menderita penyakit parah. Yaitu penyakit Basillus fulgaris, sejenis penyakit kulit yang sangat langka. Membuat penderitanya memiliki jaringan kulit yang rapuh. Ketika membuka baju saja, kulit di tubuh bisa ikut terangkat. 

Ibu Oki kemudian mendapatkan perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Jakarta. Selama merawat ibunya itu, Oki sadar bahwa keinginan hidup yang ia kejar selama ini bukanlah hal penting. Ia ingin ibunya sembuh. Apalagi ketika banyak yang mengatakan harapan hidup ibunya terbilang kecil. Semakin kuat tekad Oki untuk kesembuhan ibunya.

“Semua orang mengatakan bahwa ibu saya tidak bisa sembuh lagi. Tidak bisa tertolong. Itulah yang membuat saya berfikir dan sadar bahwa ada Allah yang 24 jam menemani saya. Tempat mengadu dan sebaik-baiknya penjaga.”

Ia pun mengadukan semua keluh kesah dan pintanya itu kepada Allah. Dan bertekad untuk memakai jibab, penutup tubuh muslimah. Simbol kepatuhan mutlak seorang hamba kepada khaliknya. Jilbab juga menjadi langkah awal bagi Oki untuk berubah. Semakin memahami Islam tak sekadar kulitnya. 

“Memang sejak kecil saya selalu shalat lima waktu, mengaji, tapi itu hanya sebatas rutinitas. Yang kalau tidak dilaksanakan rasanya ada yang kurang, namun saya tidak memaknai dengan mendalam,” ungkap Oki.

Doanya dikabulkan. Ibu Oki memperoleh kesembuhan. Oki pun dengan mantap menjalankan niatnya untuk memakai jilbab dan meninggalkan dunia entertainment yang selama ini ia kejar. Titik balik untuk berhijrah telah dimulai. 

Ketika Cinta Bertasbih

Sejak saat itu hingga kini, enam tahun telah berlalu. Oki melanjutkan kuliahnya di Universitas Indonesia (UI) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya angkatan 2007. Tetap dengan segudang prestasi, seperti mahasiswa terbaik UI dari 4.000 mahasiswa baru saat masa orientasi, mahasiswa terbaik tingkat fakultas, dan nilai IP yang cumlaude. Oki pun menjadi kandidat untuk melanjutkan pendidikan ke Belanda. 

Selain aktif di BEM, ia juga mengikuti lembaga dakwah kampus (SALAM UI) dan FORMASI (forum amal dan studi Islam). Termasuk mengajar di pengajian anak-anak dan ibu-ibu. Hanya saja, ujian dari dunia entertainment tak lelah menghampirinya.Salah satunya Oki mendapat tawaran menjadi peran utama dalam satu FTV (film sinetron) tanpa casting. Tapi syaratnya ia harus melepas jilbab yang dikenakan.  

Tentu saja Oki menolak tawaran tersebut. Walaupun saat itu ia sebenarnya sangat membutuhkan biaya yang besar untuk perawatan sakit ibu dan sekolah adik-adiknnya. “Saya selalu percaya Allah yang Maha Kaya. Allah yang memberikan pekerjaan pada saya bukan manusia, hingga akhirnya saya tetap bertahan dengan jilbab saya,” ujar Oki. 

Ia sadar bahwa keputusannya itu semakin menjauhkannya dari karir di dunia entertainment. Ia pun belajar untuk melupakan impian tersebut. Tapi, lagi-lagi Allah menunjukkan kekuasaannya. 

Keyakinan Oki akan rezeki tak salah. Pada tahun 2008, Oki memperoleh peran utama sebagai Anna Altafunnisa di film Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Karirnya di dunia entertainment pun semakin cemerlang terutama ketika ia dinobatkan sebagai aktris terbaik pilihan dewan juri Indonesian Movie Award (AMI), Mei 2010. 

“Ketika saya memegang piala dalam hati saya berkata, lihat saya berjilbab dan saya bisa berprestasi. Dulu saat saya memutuskan berjilbab, banyak orang berpandangan sinis. Mengatakan bahwa saya tidak akan bisa jadi apa-apa. Tapi, kini saya telah membuktikan bahwa ketika kita menuju Allah, maka Allah akan menguji kita dan menunjukkan kehidupan yang penuh keberkahan,” ujar muslimah yang bercita-cita melanjutkan kuliah magisternya di psikologi perkembangan anak itu. 

Melukis Pelangi, Catatan Seorang Muslimah

Berharap semua kisah hidupnya itu dapat menginspirasi banyak muslimah lainnya, Oki pun menulis sebuah buku yang diberi judul “Melukis Pelangi, Catatan Seorang Muslimah”. Buku yang mulai beredar di bulan Maret 2011 ini, merupakan memoar kisah hidup Oki dari awal ia meniti kariri di dunia entertainment hingga sekarang. Ini adalah salah satu upaya Oki untuk berbagi (share) bagi orang-orang di sekitarnya.

“Kebahagiaan terbesar itu ketika kita bisa berbagi. Ketika bisa melihat orang yang diberi bahagia, kita juga akan merasa bahagia. Berbagi itu membuat kita lebih bahagia,” ujarnya menutup perbincangan. (Penulis: Neni Nur Fauziah/Suhendri Cahya Purnama-2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar